Made dan Joko di Pulau Pohon Besar
8/21/2013
0
komentar
Setiap orang memiliki
pandangan yang berbeda-beda terhadap
satu hal, tergantung dari mana ia melihat hal itu. Semua itu tidak lepas dari
namanya pandangan hidup atau pola pikir dari masing-masing individu. Pandangan
hidup atau pola pikir seseorang,
tidaklah muncul hanya dalam waktu sekejap, perlu berhari-hari bahkan sampai
bertahun-tahun untuk dapat membangun pola pikir seseorang.
Kita adalah hasil akumulasi dari pilihan-pilihan kita di masa lalu.
Pandangan hidup yang
terima bergantung terhadap lingkungan, pola hidup dan informasi-informasi yang
kita peroleh. Pandangan hidup inilah yang menjadi dasar seseorang untuk
melakukan segala aktifitasnya. Apabila pandangan hidup yang diterimanya adalah
yang benar dan sesuai, maka akan benar juga segala aktifitasnya. Begitupun
sebaliknya. Oleh karena itu, untuk merubah pola pikir atau pandangan hidup
seseorang itu tidak mudah. Butuh proses yang terus-menerus dan waktu yang tidak
sebentar.
Untuk hal ini saya punya cerita,
walaupun ini hanya cerita fiktif, tapi memiliki manfaat yang bisa di ambil.
Begini kisahnya, terdapat sebuah pulau
yang diberi nama pulau Pohon Besar. Di beri nama seperti itu dikarenakan nyaris
semua tumbuh-tumbuhan yang hidup di pulau itu memiliki ukuran diameter yang
besar. Suatu hari sebuah pesawat perintis yang sedang melewati pulau tersebut.
Tiba-tiba pesawat itu mengalami kecelakaan parah yang mengakibatkan semua
penumpangnya tewas kecuali dua orang traveller yang berasal dari Bali yang
bernama Made dan Joko yang berasal dari Jepara.
Intinya hanya mereka berdua yang berhasil selamat dan menyelamatkan diri ke
pulau tersebut. Setibanya di pulau itu, mereka berdua terkaget-kaget akan
ukuran bermacam-macam tumbuhan yang memiliki ukuran yang tergolong besar. Mereka
berdua takjub akan besarnya ukuran tanaman yang tumbuh di pulau itu. Made
begitu setibanya di tempat tersebut langsung menandai setiap pohon besar dengan
menggunakan kainnya yang bercorak Bali (kotak-kotak bewarna hitam putih) dan
langsung berdoa di depan pohon tersebut, sedangkan Joko memberi tanda pohon-pohon dengan kapur
yang dibawanya setelah terlebih dahulu mengukurnya. Mereka melakukan apa-apa
yang menjadi keyakinan mereka, terlepas dari benar atau salah.
Made berpendapat, ia melakukan hal itu dikarenakan untuk menghormati dan menghargai alam yang telah memberikan kita hidup lewat oksigen yang kita hirup dan juga karena sudah ada yang melinggih disana. Berbeda dengan Joko, ia melakukan hal tersebut dikarenakan ia melihat peluang besar dari pohon-pohon itu untuk membuat kerajinan tangan, berbeda dengan daerah asalnya Pati yang sudah tidak begitu banyak lagi pohon-pohon berukuran besar.
Ada juga kisah yang lainnya, yaitu perbedaan antara orang Bali dengan orang Maluku terhadap pohon pepaya renteng. Pepaya renteng adalah jenis pepaya yang memiliki bunga bertangkai panjang. Di Bali, pohon pepaya renteng jika tumbuh di dekat rumah mereka, maka pohon tersebut akan dicabuti. Tidak dibolehkan untuk tumbuh besar. Alasannya adalah dikarenakan pohon pepaya renteng ini siluman leak suka bersandar di batang pohon tersebut untuk menghisap aura magis pohon itu. Sedangkan di Maluku, bunga jenis pepaya renteng biasanya dipakai untuk dimasak sebagai sayuran yang enak, jadi pepaya ini sengaja ditanam, dan dipelihara untuk dipetik bunganya.
Disinilah muncul apa itu yang
namanya pandangan hidup yang telah mereka terima bertahun-tahun dalam kehidupan
mereka masing-masing. Mereka berdua memiliki pandangan yang berbeda terhadap yang
namanya “pohon besar”. Made yang berasal dari Bali menilai bahwa pohon besar
adalah suatu tempat yang patut disakralkan bahkan dapat digunakan sebagai
tempat beribadah, sedangkan Joko yang berasal dari Jepara yang basic
kehidupannya adalah seorang pengrajin kayu, melihat pohon besar adalah suatu
hal yang bernilai bagi seorang pengrajin.
Dari kisah tersesatnya Made dan
Joko di pulau Pohon Besar dan perbedaan pandangan terhadap pohon pepaya renteng antara orang Bali dengan orang Maluku, kita dapat mengambil hikmahnya. Satu hal akan
menjadi berbeda, apabila dilihat oleh orang yang berbeda pemikiran, berbeda
pandangan hidup dan berbeda sudut pandang. Oleh karena itu marilah kita saling
menghargai atas segala perbedaan yang ada. Setiap orang berhak untuk
berpendapat, melakukan apa pun yang mereka yakini. Namun dengan catatan, tidak
merugikan orang lain, baik itu fisik, materi, moril dan lain sebagainya.
Note : kesamaan nama tokoh pada cerita Joko dan Made hanya cerita fiktif belaka. Penulis tidak bermaksud menghina atau menjelekkan suatu agama. Saya mohon maaf jika ada yang tersinggung akan hal ini, namun saya hanya ingin menjelaskan bahwa berbeda itu indah, tidak perlu adanya pertengkaran, perselisihan yang dibutuhkan hanya rasa saling menghargai dan menghormati perbedaan itu.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Made dan Joko di Pulau Pohon Besar
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://beda-itu-indah.blogspot.com/2013/08/made-dan-joko-di-pulau-pohon-besar.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar